Opini | Corak dan Arah Gerakan Mahasiswa
Mahasiswa menjadi tangga
tertinggi dalam dunia pendidikan Indonesia. Kata ‘Maha’ menempatkannya menjadi
pembelajar yang lebih tinggi dari Murid, Pelajar, dan Mahasiswa. Derajat pendidikan yang lebih tinggi dari
tiga tingkatan dibawahnya tersebut, tidak lantas menjadikan Mahasiswa menjadi
pembelajar yang tinggi. Maksud dari pada pembelajar yang tinggi bukan hanya
dari jenjang pendidikan Mahasiswa, tetapi Mahasiswa diharapkan menjadi
pembelajar yang mampu ber-Iqra dan
ber-hijrah secara Rasional, Analtik,
Kritis, dan Sistematis.
H.O.S Cokroaminoto sang penggagas
Sarekat Islam (SI) pernah menyampaikan kepada muridnya bahwa Iqra (Baca) bukan sekedar membaca dalam
bentuk tekstual dan teks book.
Membaca fenomena alam, kondisi lingkungan dan kondisi negara yang tidak lagi
searah dengan nilai-nilai Qurani maka itulah membaca. Berkenaan dengan Hijrah Cokroaminoto pernah menyampaikan
kepada KH. Agus salam, “Sampai dimana kita berhijrah”. Cokroaminoto menjelaskan
bahwa didalam hijrahnya Rasulullah
SAW kaya akan pelajaran, Hijrahnya kita
kali ini adalah beralih dari keburukan menuju kebaikan, dan beralih dari
keterjajahan menuju kemerdekaan dengan nilai luhur penerapan syariat islam.
History of Struggle ‘Mahasiswa’
Negara lain, pelajar dengan
strata Universitas, Sekolah Tinggi, Akademi, dsb dikenal dengan istilah student
(pelajar). Pelajar di indonesia dengan strata Universitas, Sekolah Tinggi,
Akademi, dsb di kenal dengan istilah Mahasiswa. Sebagai mana dijelaskan
sebelumnya. Istilah Mahasiswa ini tentu berbeda dengan Student (Pelajar),
‘Maha’ terpelajarnyalah Mahasiswa di Indonesia menempatkannya selalu berperan aktif
dan mengambil bagian dalam tongak sejarah indonesia entah itu pra kemerdekaan,
pasca kemerdekaan dan sampai saat ini Mahasiswa Indonesia terus mengambil peran
dalam berbagai dinamika negera indonesia.
History of Struggle ‘Mahasiswa’ – Pra Kemerdekaan
Kala itu istilah mahasiswa belum
begitu populer. Para pemuda dengan latar belakang pesantren menggagas
perwalanan terhadap belanda. Lahir dari tangan pemimpin Sarekat Dagang Islam
(SDI) pada 16 oktober 1905 yang akhir berubah nama menjadi Syarikat Islam (SI)
dengan memperlebar sayap geraknya ke arah politik dan dakwah islam. Salah satu
tokoh sentralnya yang dikenal dengan slogan “Setinggi Ilmu, Sepintar-pintar
Siasat, dan Semurni-murni Tauhid, menggagas SI diumur 30 tahun yang masih
terbilang muda.
Warna perjuangan di Tahun 1908
juga menjadi jalan bagi Mahasiswa School tot Opleiding Van Indische Artsen).
Organisasi pemuda yang didirikan oleh Dr. Sutomo dan para Mahasiswa STOVIA
yaitu Goenawan Mangoenkoesoemo san suraji, oleh Dr. Wahidin Sudirohusudo
dijadikannya Budi Utomo sebagai organisasi untuk menghimpun pemuda dalam
melaksanakan aksi sosial membantu masyarakat khususnya pada bidang kesehatan.
Walaupun organisasi yang sifatnya sosial tetapi lambat laun Budi Utomo sedikit
berhaluan ke arah politik, setelah beberapa kadernya terkontaminasi
pemikiran-pemikaran dari Syarikat Islam.
Api perjuangan para Mahasiswa pra
kemerdekaan tidak berhenti di Sekolah Tinggi dalam negeri seperti STOVIA. Tahun
1923 geramnya para Mahasiswa melihat kebengisan pemerintahan Hindia-Belanda,
mulai dari monopoli SDA yang makin menjadi-jadi, kerja paksa maka muncul
inisiatif para mahasiswa nusantara yang studi di luar negeri mendirikan
Indonesische Vereeningin yang diselang perjalananya berubah menjadi Perhimpunan
Indonesia (PI). PI yang awalnya hanya sebgai lembaga diskusi membicarakan
kebiadaban pemerintia Hindia-Belanda, lambat laun memperlihatkan aksi parlemen
jalananya dalam usaha mencapai kemerdekaan.
PI juga merupakan cikal bakal
munculnya generasi Sumpah Pemuda, para penggaga PI sebelumnya mambatasi
keanggotan hanya pada mahasiswa yang studi di luar negeri. Batasan keanggotaan
tersebut akhirnya ditutup dan kran keanggotaan dibuka untuk seluruh pemuda baik
yang mendapatkan pendidikan formal maupun non formal tanpa memandang status,
sehingga meletuslah aksi 28 Oktober 1928 yang dikenal dengan sumpah pemuda.
History of Struggle ‘Mahasiswa’ – Kemerdekaan
Setelah pereistiwa rengasdengklok
dan memasuki tahun kemerdekaan. Tahun 1966 merupakan warna-warni gerakan
mahasiswa. Membludaknya gerakan mahasiswa tidak lepas dari peran parta politik.
Dalam dinamikanya, partai poltik menjadikan gerakan mahasiswa sebagai alat
untuk mendapat kekuasaan. GMKI Gerakan Mahasiswa kristen Indonesia, PMKRI
Perhimpunan Mahasiswa Katholik Republik Indonesia dengan Partai Katholik,Gerakan
Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dekat dengan PNI, Concentrasi Gerakan
Mahasiswa Indonesia (CGMI) dekat dengan PKI, Gerakan Mahasiswa Sosialis
Indonesia (Gemsos) dengan PSI, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)
berafiliasi dengan Partai NU, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dengan Masyumi,
dan lain-lain.
Terlepas dari itu semua, paratai
politik dan gerakan mahasiswa memiliki kesamaan visi yakni menolak adanya
legitimasi Multi Nasioal Cerporate (MNC) dan Total E&P yang diberikan jalan
oleh soekarno. Selain menolak legitimasi soekarno, gerakan Mahasiswa yang
tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) juga menjadi alat
militer dalam menumbangkan Komunis. Tumbangnya komunis dan berakhirnya
pemerintahan soekarno membawa perubahan menuju Orde Baru.
Jika sebelumya pada masa orde
lama gerakan mahasiwa menjadi kerabat militer. Pada masa orde baru gerakan
mahasiswa justru bertolak belakan dengan militir. Akibat ketidak puasan
mahasiswa terhadap kinerja pemerintahan soeharto ditambah dengan kecurangan
partai golkar dan kebijakan penggusuran rakyat kecil untuk pembangunana Taman
Mini Indonesia Indah (TMII) membuat gerah mahasiswa sehingga melahirkan aksi
golput, aksi gerakan menentang pembanguanan TMII.
Tidak henti-hentnya aksi para
mahasiwa, menyebabkan lahirnya kebijakan Normalisasi Kegiatan Kampus/ Badan
Koordinasi Kebijakan Mahasiswa (NKK/BKK). Lantas tidak menyurtkan aksi untuk
mengecam. Akasi dilakuakn dibilik lembaran kertas kemudian disebar
disudut-sudut kota hingga obor semangat kembali menyala pada tahun 1977.
Semangat yang kembali menyala hingga
melahirkan aksi dengan tagline “Turunkan Soeharto” di Kampus ITB membuat
geram militer dan situasi kampus menjadi darurat perang.
Banyak aktivisi mahasiswa yang
ditangkap begitu pula rektor dan pejabat kampus yang dicopot dari jabatannya akbit mendukung penuh aksi
mahasiswa. Aksi di bungkam pada oktober 1977 tidak meyurutkan bara api, hanya
selang sebulan aksi kembali membara di kampus ITS dengan hasil yang sama.
Hingga aksi tetap berlanjut denga penah dan kertas putih sampai rezim orde baru
menggunakan taktif political soft dengan menghapuskan NKK/BKK dan membentuk
Senat Mahasiswa (SEMA), dan Unit Kegiatan Kampus (UKM). Lewat nalar kritis
mahasiswa, mereka mengetahui bahwa pembentukan lembaga internal tersebut untuk
menghibernasikan mahasiswa dari aktivitas kritis, dan menutupi praktik Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme (KKN) pemerintahan orde baru. Keborokan kinerja rezim orde
baru mulai dari praktik KKN, ketimpangan ekonomi hingga menyebabkan membumbungnya
harga soembaka, melemahnya nilai tukar harga rupiah hingga menyebabkan inflasi
memaksa soharto untuk turun pada tahun 1998.
History of Struggle ‘Mahasiswa’ – 1998 hingga Kini
Angin segar reformasi dan
kemenangan mahasiswa lantas tidak menjadikan negeri ini bergelimpangan
sejahterah. Kenyataanya, generasi reformasi tidak melihat kesejahteraan yang
berangsur pulih. Sebaliknya reformasi menjadi alat koorporasi borjuasi memegang
kendali tali kebijakan negeri. Kendali koorpotasi berjuasi dengan wajah liberal
mulai zaman, BJ. Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Susilo Bambang Yudhoyono
hingga Jokowi Dodo memaksa mahasiswa untuk kembali melakukan parlemen jalan
walaupun kebanyakan hanyat ikut-ikutan.
Analisis (1)
Perjuangan pemuda/mahasiswa awal
pra kemerdekaan sampai dengan pra reformasi dituntut karena fenomena kebengisan
para penguasa yang begitu mencuat. Sehingga melahirkan perjuangan yang bisa
dikatakan begiti kuat diawalnya tetapi surut jatuh diakhirnya. Jika kembali
mengulangi perjalanan perjuangan pemuda/mahasiswa memiliki ending yang sama
yakni tidak mempu mempertahankan tujuannnya hingga akhirnya gerakan yang
dibangun hancur dan hilang. Adapula yang mampu mempertahankan eksistensinya,
tetapi tidak mampu mempertahankan tujuannya serta konsistensinya. Sebab tujuan
dan konsistensi menjadi tolak ukur keberhasilan suatu gerakan mahasiswa. Tujuan
dan konsistensi yang menjadi tolak ukur, tidak akan bertahan tanpa adanya garis
pisau bedah gerakan mahasiswa yang penulis sebut sebagai ideologi.
Ideologi yang menjadi pisau bedah
juga lantas tidak menjadikan gerakan mahasiswa siswa bertahan jika ditinjau
dari ideologinya itu sendiri. Walaupun kita ketuhui sebagaimana pembahasan
sebelumnya berbagai gerakana mahasiswa yang ada di indonesia terlahir dengan
kodisi yang memaksa untuk berjuang tanpa memahami dasar ideologi dan
batasannya. Adapun yang terlahir dari pada wujud ideologi, tetapi tidak menjadi
perjuangan berarti karena ideologinya sendiri yang tidak menyentuh masyarakat,
dan tidak mampu menjawab kebutuhan dan tantangan. Adapun ideologi yang dianggap
mampu menjawab tangan dan sebagai solusi penuh bagi masyarakat, tetapi
perjuangan mengalami kandas ditengah jalan disebabkan ketidak pahaman mengenai
pelaksanaan yang benar dari pada ideologi tersebut
Analisis (2)
Kapitalisme dengan desain
neoleberal yang berbuntut pada penguasaan SDA indonesia oleh asing menjadikan
kesengsaraan terhadap rakyat. Kesengsaraan yang terjadi menjadi sebab mahasiswa
untuk berjuang menyampaikan gagasan dan ideologinya sebagai solusi atas
permasalahan indonesia. Karena permasalahan berada pada penerapan kapitalisme
dengan wajah liberalnya maka solusi dibatasi hanya pada ideologi selain dari
pada kapitalisme. Berbicara ideologi diluar dari pada kapitalisme tentukita
hanya akan mendapatkan dua wacana yakni wacana ideologi sosialis komunis dan
wacana ideologi islam.
Sosialis komunis sebagai wacana
mengantar indonesia pada perubahan tentu tidak menjamin akan ada perubahan.
Selain karena ideologi tersebut pernah direalisasisakan oleh pemerintahan orde
lama. Pada kenyataannya pemerintahan orde lama juga tidak mampu lari dari
koorporasi besar yang siap menghisap urat nadi bangsa ini. Selain itu ideologi
yang diemban oleh PKI pada masa orde lama, tentu mendapatkan massa yang bukan
berasal dari kesadaran massa akan kemampuan ideologi tersebut, tetapi hanya
karena persoalan akalnya yang dikalahkan oleh perut, sehingga dengan pemberian
sembako dan uang ia pun turut bergabung dengan partai tersebut. Lebih dari itu
semua kenyataan yang ada di orde baru ketimpangan masih meluas sementara sumber
daya melimpah menjadi bukti bahwa ideologi sosialis komunis tidak mampu
menjawab persolalan negara ini.
Wacana ideologi islam yang akhir
ini dikaburkan oleh adanya ISIS yang notebene merupakan desai Amerika Serikat
(AS) untuk melemahkan politik islam. Walaupun mengalami pengaburan tetapi tidak
menyudutkan semangat masyarakat indonesia untuk megkaji. Ideologi islam memang
belum pernah diterapkan di indonesia, namun penerapan ideologi islam pernah
mencakup wilayah nusantara. Cakupan penerapan ideologi islam sampai ke bumi
nusantara, inilah yang menjadi sebab syarikat islam untuk kembali berjuang
mengembalikannya, walaupun tersadar perjuangan mendakwah kan islam secara kaffah oleh syariat islam tidak
menyentuh sampai ‘urat nadi’ masyarakat disebabkan karena politik blok dalam
yang dilaksanakan oleh HJFM Snevlet untuk menghancurkan tubuk Syarikat Islam
dari dalam.
Perjuangan penegakkan kembali
syariat islam dalam bentuk negera di masa kemerdekaan juga tidak berhenti.
Partai masyumi sebagai lokomotif yang mendapatkan 70% suara dan berhasil
menduudki parlemen ternyata memiliki nasib sama dengan sayrikat islam yakni
dihancurkan dari dalam. Tentu berbeda dengan PKI yang dihancurkan dari luar dan
tidak mendapatkan simpai ikhals dari masyarakat. Berbeda dengan Sayarikat Islam
dan Masyumi yang mendapatkan dukungan ikhlas dari masyarakat, dukungan dari
masyarakat yang penuh menjadi ketakutan bagi para pendengki islam hingga ia
meruntuhkan islam islam dari dalam dengan membuat politik blok dalam.
Maka kewajiaban kita sebagai
generasi islam saat ini, mempelajari kesalah dimasa lalu, taktik para pendengki
islam sehingga islam kembali berjaya dalam penerapan ideologinya secara kaffah
melului institusi daulah khilafah islamiyah. Untuk itu bagi kita generasi
isalam saat ini kewajiban berdakwah dimanapun kapan pun, dan tidak membatasi
objek dakwah pada masyarakat kampus saja. Kewajiban berdakwah dalam membentuk
kelompok, sebagaimana Allah SWT berfirman, “Dan hendaklah ada di antara kamu
segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf, dan
mencegah dari yang mungkar. Mereka
itulah orang-orang yang beruntung”. (QS. Ali- Imran : 105)
Allah SWT berfirman, “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada kepada Allah” (QS. Ali- Imran : 110)
Allah SWT berfirman, “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada kepada Allah” (QS. Ali- Imran : 110)
Islam sebagai Aslamtu (Jalan
keselamatan), merupakan al-haq yang harus kita seru, sedangkan hukum-hukum
ataupun ideologi yang tidak bersumber dari islam yang mengantarkan kepada
kamungkaran maka wajib kita mencegah, sebagai konsekuansi kita seorang muslim
[] Wallahu Wa’lam bis showab
Komentar
Posting Komentar